Terdapat banyak sekali sifat manusia dalam menjalani kehidupan. Berbagai sifat tersebut biasanya dikelompokkan dalam dua kategori, yakni positif dan negatif. Tetapi, tanpa disadari adanya suatu sifat yang berada di kategori abu-abu, alias dapat disebut positif, namun juga dapat dinilai negatif pada sisi lainnya. Penilaian tersebut tergantung pada bagaimana orang-orang melihat sifat tersebut. Salah satu sifat yang berada di kategori ini yaitu ‘menjilat ludah sendiri’.
Menjilat ludah sendiri merupakan sifat yang menjadikan seseorang melakukan sesuatu maupun mengambil keputusan yang bersebrangan dengan ucapannya sendiri. Orang tersebut dinilai tidak dapat memegang ucapannya sendiri, dan tidak memiliki pendirian yang tetap sehingga bisa memberikan dampak berupa kerugian bagi orang lain di sekitarnya. Namun, apakah sifat ‘menjilat ludah sendiri’ itu selamanya bersifat negatif? Apakah tidak dapat dilihat dari sisi sebaliknya?
Menjilat ludah Sendiri Merupakan Sifat Negatif
Seandainya kamu ditanya apa arti ‘menjilat ludah sendiri’, maka jawaban apa yang ada di pikiranmu? Sebagian orang tentu akan menjawab bahwa menjilat ludah sendiri merupakan tindakan yang membuat orang tak melakukan sesuatu yang sesuai dengan ucapan awalnya. Selain itu juga terdapat pengertian menerima kembali sesuatu yang dahulu pernah ditolak. Dari kedua definisi tersebut, pandangan terhadap individu yang ‘menjilat ludah sendiri’ memang nyaris selalu negatif.
Orang tersebut dianggap sebagai pribadi yang ‘tidak tahu malu’ karena malah melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak ingin dilakukan. Kondisi seperti itu akhirnya membuat orang sangat takut untuk menjilat ludah sendiri. Daripada diberikan pandangan negatif, masyarakat menganggap lebih baik menghindari tindakan tersebut. Namun penilaian ini sejatinya dapat juga diberikan pandangan yang sebaliknya, tergantung situasi dan kondisi yang terjadi.
Baca juga ulasan kami tentang Apakah Akurasi Karakter Fiktif Pada Film sangat penting ?
Bisa Menjadi Aspek Introspeksi Diri
Jika kita melirik dari point of view yang lebih lebar dan besar, sebenarnya sifat ‘menjilat ludah sendiri’ dapat dinilai positif juga. Misalnya pada saat kamu pernah bicara bahwa tidak mau jadi seorang pimpinan di suatu perusahaan karena tanggung jawabnya besar, namun di masa depan, ternyata kamu menerima tawaran menjadi leader di kantor yang sekarang. Apakah itu termasuk ke dalam sifat ‘menjilat ludah sendiri’? Jika memang iya, bukankah hal tersebut menjadi bentuk evolve atau pengembangan diri yang tentu saja bernilai positif?
Itulah mengapa pada akhirnya, kita juga harus melihat tindakan ‘menjilat ludah sendiri’ yang dilakukan memang bersifat negatif atau positif. Karena sebagai manusia, kita pasti bisa saja berbicara tanpa arah yang jelas. Itu merupakan hal yang sangat normal dan tidak perlu dilebih-lebihkan. Walaupun akhirnya tetap dilakukan waktu mendatang hingga dinilai ‘menjilat ludah sendiri’, sebaiknya jangan terlalu memberikan judgement atas tindakan itu. Pada akhirnya, tidak apa-apa untuk ‘menjilat ludah sendiri’ jika memang untuk pengembangan diri menjadi lebih baik lagi.